ANALISIS PROTEIN
A. Pre-lab
1.Bagaimana prinsip analisis kadar protein dengan
metode Kjeldahl?
Prinsipnya adalah
pengukuran kadar protein secara tidak langsung dengan mengukur kadar N dalam
sampel dengan cara destruksi, destilasi dan titrasi (Budimawaranti, 2011).
|
2.Mengapa analisis protein dengan metode kjedahl
disebut analisis protein kasar?
Karena pengukuran
kadar proteinnya berdasarkan pada kadar N dalam bahan sedangkan dalam bahan
untuk kadar N tidak hanya berasal dari protein. Dengan kata lain, semua
komponen yang mengandung N dalam bahan akan dihitung sebagai protein.
Contohnya: Asam amino, nitrit, nitrat, amonia, amida, dll (Budimawaranti,
2011).
|
3. Apa fungsi tahap destruksi?
Tahapan destruksi
berfungsi untuk melepasakan nitrogen dari protein sehingga pada akhir
destruksi akan diperoleh (NH4)2SO4 dengan
cara sampel dipanaskan dalam larutan
sulfat pekat, unsur C dan H teroksidasi menjadi H2O, CO2,
CO dan unsur N berubah menjadi amonium sulfat atau (NH4)2SO4
(Legowo, 2005).
|
4.Apa fungsi tahap destilasi?
Tahapan destilasi
berfungsi untuk memecah amonium sulfat atau (NH4)2SO4
menjadi amonia. Prinsipnya memisahkan cairan berdasarkan perbedaan titik
didih. Pada akhir destilasi indikatornya adalah apabila cairan yang ditampung
dalam larutan asam bersifat asam (Legowo, 2005).
|
5.Bagaimana prinsip analisis protein dengan metode
biuret?
Prinsipnya adalah
mengetahui protein bahan pangan berdasarkan reaksi antara ikatan peptida
dengan Cu2+ membentuk kompleks warna. Apabila bahan memiliki lebih
dari satu ikatan peptida maka menghasilkan warna violet pekat dan kualitas
warna akan dapat ditera pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 520 nm
(Herawati, 2011).
|
6.Apakah terdapat perbedaan jenis protein yang terukur
antara metode Kjedahl dan
Biuret?
Iya, pada metode
Kjehdal protein diukur berdsarkan kadar N pada bahannya, sehingga senyawa
lain selain protein juga ikut terukur. Pada metode biuret, protein diukur
berdasarkan jumlah ikatan peptidanya. Semakin tinggi kadar protein bahan, jumlah
ikatan peptidanya juga semakin banyak. Selain itu senyawa lain yang
mengandung tidak dapat terukur (Winarno, 2004).
|
7.Apa prinsip titrasi formol?
Prinsipnya adalah
menetralkan larutan dengan basa NaOH membentuk dimethilol dengan penambahan
formaldehid yang mana gugus amino sudah terikat dan tidak memengaruhi reaksi asam basa NaOH.
Indikator yang digunakan adalah PP. Reaksi akhir titrasi akan terjadi
perubahan warna merah muda (Herawati, 2011).
|
8.Apa kegunaan titrasi formol?
Titrasi formol
digunakan untuk menunjukkan kadar N-amino, selain itu juga dapat digunakan
untuk mengukur hidrolisis protein (Herawati, 2011).
|
B. Hasil dan Pembahasan
1. Kadar Protein Kasar
Metode Kjedahl
No.
|
Nama sampel
|
Berat sampel (gram)
|
V awal
(ml)
|
V akhir
(ml)
|
V titer
(ml)
|
Kadar N (%)
|
Kadar Protein (%)
|
1.
|
Susu UHT
|
1,0402
|
10
|
8,4
|
1,6
|
0,1346
|
0,8587
|
2.
|
Bubuk Kedelai
|
1,0198
|
50
|
9,1
|
40,9
|
5,535
|
35,31
|
3.
|
Daging Ayam
|
1,0740
|
30
|
8,7
|
21,3
|
2,699
|
15,51
|
4.
|
Blanko
|
1
|
10
|
9,4
|
0,6
|
-
|
-
|
Perhitungan:
- Susu UHT
Kadar N (%) = (V titer sampel – V titer blanko) x N
HCl x 100 x 14,008
Berat
Sampel x 1000
= (1,6-0,6) x 0,1 x 100 x 14,008 = 0,1346 %
1,0402 x 1000
Kadar Protein (%) = %N x Fk
= 0,1346 x 6,38
= 0,8587 %
- Bubuk Kedelai
Kadar N (%) = (V titer sampel – V titer blanko) x N
HCl x 100 x 14,008
Berat
Sampel x 1000
= (40,9-0,6) x 0,1 x 100 x 14,008 = 5,535 %
1,0198 x 1000
Kadar Protein (%) = %N x Fk
= 5,535 x 6,38
= 35,31 %
- Daging Ayam
Kadar N (%) = (V titer sampel – V titer blanko) x N
HCl x 100 x 14,008
Berat
Sampel x 1000
= (21,3-0,6) x 0,1 x 100 x 14,008 = 2,699%
1,0740 x 1000
Kadar Protein (%) = %N x Fk
= 2,699 x 6,38
= 15,51 %
- Blanko
Kadar N (%) = (V titer sampel – V titer blanko) x N
HCl x 100 x 14,008
Berat
Sampel x 1000
= (0,6-0,6) x 0,1 x 100 x 14,008 = 0 %
1x 1000
Kadar Protein (%) = %N x Fk
=0 x 0
= 0 %
- Mengapa faktor konversi pada penetapan kadar
protein berbeda-beda tergantung jenis sampel?
Karena
kandungan N tiap bahan berbeda. Faktor konversi biasanya 6,25 dengan kadar N
dalam protein sebesar 16%. Semakin besar kandungan atau kadar N dalam bahan
maka faktor konversi semakin kecil faktor konversinya.
- Mengapa destruksi dihentikan ketika cairan
sudah jernih?
Karena tujuan
dari proses destruksi adalaah melepaskan nitrogen dari protein. Apabila cairan
sudah jernih, hal ini mengindikasikan bahwa semua nitrogen sudah terlpeas dari
protein.
- Apa fungsi K2S2O4
dan HgO pada proses destruksi?
K2S2O4
dan HgO berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses destruksi dan
mempertinggi titik didid asam sulfat, karena suhu yang digunakan pada proses
destruksi sangat tinggi yaitu bekisar 370°C-410°C. Penambhana K2S2O4 juga mencegah
terjadinya ion kompleks antara amonium sulfat dengan Hg dari katalisator HgO
yang terbentuk merkuri amonia sehingga membentuk amonium sulfat kompleks yang
terjadi ikatannya kuat dan sukar diuapkan, HgO merupakan senyawa yang sukar
dipecah dan bersifat mudah meledak.
- Senyawa apa yang dipisahkan pada proses
destilasi?
Pada proses
destilasi amonium sulfat dipecah menjadi amonia.
- Bagaimana Saudara memastikan bahwa pada proses
destilasi sudah tidak ada amoniak yang menguap?
Hasil akhir
proses destilasi diketahui setelah cairan yang ditampung dalam larutan asam
bersifat asam dan berwarna jernih kekuningan.
- Apa perbedaannya jika hasil destilasi
ditampung dalam larutan HCl dengan jika ditampung dalam larutan asam
borat?
Jika larutan asam yang
digunakan HCl, sisa asam klorida yang tidak bereaksi dengan amonia (membentuk
NH4Cl) dititrasi dengan NaOH.
Jika larutan penampung
adalah asam borat, banyaknya asam borat yang bereaksi dengan amonia dapat
diketahui dengan titrasi dengan HCl 0,1 N dengan indikator MR-BCG.
- Faktor apa yang menentukan faktor konversi
suatu bahan pangan? Berapa faktor
konversi jika kadar N dalam protein adalah 15%?
Faktor konversi tergantung pada jenis bahan
pangan, jenis protein dan kadar N dalam protein bahan.
Faktor konversi = 100/15 = 6,67
2. Kadar Protein Metode
Biuret
Kurva standar
Volume standar
|
Konsentrasi
|
Absorbansi
|
0
|
0
|
0,028
|
0.1
|
0,125
|
0,04
|
0.2
|
0,25
|
0,035
|
0.4
|
0,5
|
0,041
|
0.6
|
0,75
|
0,059
|
0.8
|
1
|
0,057
|
1.0
|
1,25
|
0,101
|
Persamaan regresi linear:
Berdasarkan
kurva standar hubungan antara konsentrasi (x) dan absorbansi (y) maka akan
didapatkan persamaan regresi linear sebesar y=0,047x + 0,025.
Penetapan sampel
No.
|
Jenis sampel
|
Volume akhir
|
Absorbansi
|
Konsentrasi sampel
|
Kadar protein (%)
|
1.
|
Susu Segar
|
1 ml
|
1,040
|
21,45
|
13,406
|
2.
|
Bubuk Kedelai
|
1 ml
|
0,496
|
9,494
|
1,989
|
3.
|
Daging Ayam
|
1 ml
|
0,466
|
9,315
|
1,344
|
Perhitungan:
1.
Susu Segar
Konsentrasi sampel
y = 0,047x + 0,025
1,040 = 0,047x + 0,025
x = (1,040-0,025)/0,047 = 21,45
Fp sampel
Fp = V sampel + V
pengenceran = (0,4 + 0,6)/0,4 =2,5
V sampel
% Protein
% Protein = X sampel x Fp x V akhir x 100% =(21,45
x 2,5 x 1)/400= 13,406%
gr sampel x 1000
2.
Bubuk Kedelai
Konsentrasi sampel
y = 0,047x + 0,025
0,496 = 0,047x + 0,025
x = (0,496-0,025)/0,047 = 9,949
Fp sampel
Fp = V sampel + V
pengenceran = (3 + 15)/3 = 6
V sampel
% Protein
% Protein = X sampel x Fp x V akhir x 100% =(9,949
x 6 x 1)/300= 1,948%
gr sampel x 1000
3.
Daging Ayam
Konsentrasi sampel
y = 0,047x + 0,025
0,466 = 0,047x + 0,025
x = (0,466-0,025)/0,047 = 9,315
Fp sampel
Fp = V sampel + V
pengenceran = (3 + 10)/3 =4,33
V sampel
% Protein
% Protein = X sampel x Fp x V akhir x 100% =(9,315
x 4,33 x 1)/300= 1,344%
gr sampel x 1000
- Apa jenis protein yang terukur dengan metode
Biuret?
Protein yang
terukur pada metode biuret adalah protein yang larut air (protein terlarut),
karena yang diukur adalah jumlah ikatan peptida dalam protein, maka tidak dapat
mendeteksi nitrogen dari senyawa non peptida sehingga yang terukur adalah protein
sesungguhnya.
- Apa fungsi penambahan TCA pada analisis
protein dengan metode Biuret?
Untuk
mengendapkan protein dalam bahan.
- Apa fungsi penambahan dietil eter?
Untuk
melarutka lemak dalam bahan dan untuk menghilangkan sisa asam trikarboksilat
(TCA).
Perbandingan Metode
Jelaskan untuk setiap jenis sampel, mengapa terdapat perbedaan kadar
protein antara metode Kjedahl dan Biuret!
Sampel
|
Kadar Protein (%)
|
Penjelasan
|
|
Metode Kjedahl
|
Meode Biuret
|
||
Susu Segar
|
0,8587
|
13,406
|
Metode biuret cocok untuk protein yang larut dalam air
seperti susu segar, dengan menggunakan metode biuret maka akan lebih
mendeteksi kandungan protein lewat ikatan peptida yang terbenuk dengan Cu2+.
Selain itu terdapat sedikit senyawa penggangu yang memudahkan untuk menganalisis
protein dengan menggunakan metode biuret jika dibandingkan dengan metode
kjedahl. Selain itu, absorbansi yang dihasilkan dari metode biuret lebih
tinggi dikarenakan sangat mudah menyerap cahaya.
|
Bubuk Kedelai
|
35,31
|
1,989
|
Perbedaan ini terjadi karena pada metode kjedahl yang
dianalisis adalah protein kasar sehingga semua unsur N yang ada diangggap
sebagai protein sehingga kadar protein pada metode kjedahl nilainya sangat
tinggi.
|
Daging ayam
|
15,51
|
1,344
|
Menurut teori, protein jika dianalisis dengan menggunakan
metode kjedahl yang terdeteksi adalah protein kasar artinya semua unsur N
akan dianggap sebagai protein sehingga jika dbandingkan metode metode kjedahl
akan menyumbangkan protein lebih banyak.
|
3. Kadar N-Amino (Cara Titrasi
Formol)
No
|
Jenis sampel
|
Volume titrasi
|
% N-Amino
|
% Protein
|
1.
|
Blanko
|
0
|
-
|
-
|
2.
|
Susu
Segar
|
0,2
|
0,0090
|
0,0574
|
3.
|
Bubuk
Kedelai
|
0,4
|
0,0185
|
0,11803
|
4.
|
Daging
Ayam
|
0,4
|
0,0186
|
0,12555
|
Perhitungan:
- Blanko
%N = titrasi formol x
N NaOH x 14,008
gr bahan x 10
= 0
% Protein = 0
- Susu Segar
%N = titrasi formol x
N NaOH x 14,008
gr bahan x 10
= 0,2 x 0,1 x 14,008 =
0,009%
3,1010 x 10
%Protein = %N x F konversi
= 0,009 x 6,38 = 0,00574 %
- Bubuk Kedelai
%N = titrasi formol x
N NaOH x 14,008
gr bahan x 10
= 0,4 x 0,1 x 14,008 =
0,0185%
3,0176 x 10
%Protein = %N x F konversi
= 0,0185 x
6,38 = 0,11803%
- Daging Ayam
%N = titrasi formol x
N NaOH x 14,008
gr bahan x 10
= 0,4 x 0,1 x 14,008 =
0,0186%
3,0115 x 10
% Protein = %N x F konversi
0,0186 x 6,75
= 0,12555%
- Apa fungsi
penambahan formaldehida?
Untuk membentuk dimethilol sehingga
formaldehid akan bereaksi dengan gugus amino dari protein atau asam amino
membentuk dimethilol.
- Mengapa titrasi
dilakukan dengan menggunakan NaOH?
Agar protein tidak bersifat asam, karena
gugus karboksil yanga terbentuk pada metode titrasi formol bersifat asam. Oleh
karena itu, hal ini dilakukan titrasi dengan NaOH sebagai titran agar tercapai
kondisi ekuivalen dari larutan. Dengan mengetahui jumlah NaOH yang diapakai
(untuk titrasi) maka hidrolisis protein meningkat.
- Bagaimana tingkat
hidrolisis protein dapat ditunjukkan oleh titrasi formol? Apakah semakin tinggi %N hasil titrasi
formol, tingkat hidrolisis semakin tinggi? Jelaskan!
Tingkat hidrolisis protein dapat ditunjukkan
ddengan senyawa yang mengikat N-amino pada sampel maka gugus aktiif akan diikat
oleh naOH pada titrasi.
Iya, karena apabila %N hasil titrasi formol semakin tinggi maka
jumlah gugus karboksil bebas juga semakin banyak. Hal ini berarti akan
meningkatkan tingkat hidrolisis protein.
Perbandingan Metode
Dari metode analisis
protein dan tingkat hidrolisis protein, metode mana (Ö) yang paling tepat
digunakan untuk sampel berikut. Jelaskan
alasannya
Sampel
|
Kadar Protein (%)
|
Penjelasan
|
||
Metode Kjedahl
|
Meode Biuret
|
Titrasi Formol
|
||
Susu Segar
|
0,8587
|
13,406
(v)
|
0,0574
|
Dari data hasil didapatkan kandungan tertinggi terdapat
pada metode biuret hal ini dapat disebabkan karena pada metode ini sedikit
senyawa penggangu dan sangat mudah menyerap cahaya sehingga nilai
absorbansinya sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan metode Kjedahl,pada metode
titrasi formol hanya sedikit kadar protein yang memungkinkan sedikitmya
hidrolisis protein pada susu.
|
Bubuk Kedelai
|
35,31
(v)
|
1,989
|
0,11803
|
Dari data hasil didapatkan kandungan protein pada
metode kjedahl lebih tinggi dibandingkan dengan kedua metode. Hal ini disebabkan
karena pada metode ini yang dianalisis adalah protein kasar yang menganggap
semua unsur N merupakan unsur protein.
|
Daging Ayam
|
15,51
(v)
|
1,344
|
0,12555
|
Dari data hasil dapat terlihat pada metode Kjedahl
kadar protein lebih tinggi. Menurut teori kadar protein pada metode kjedahl
memang lebih tinggi sebab metode ini dapat menganalisis semua unsur yang
mengandung N dianggap sebagai protein jika dibandingkan metode biuret. Kesalahan dapat terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor.
|
ANALISA PROSEDUR
1. Metode
Kjedahl
Ada beberapa
prosedur atau tahapan pada analisis protein dengan metode Kjedahl. Pertama yaitu
persiapan alat dan bahan yang akan digunakan diantaranya sampel berupa susu
segar, bubuk kedelai dan daging ayam, serta akuades sebagai blanko atau
variabel kontrol. Selanjutnya sampel cair dan bubuk ditimbang sebanyak 1 gram
dengan menggunakan timbangan analitik. Sedangkan sampel daging ayam dihancurkan
terlebih dahulu dengan menggunakan mortar untuk memperkecil ukuran, lalu
ditimbang sebanyak 1 gram. Selain itu, timbang K2SO4 10
gram dan CuSO4 0,25 gram sebanyak 4 kali.
Tahapan pertama
yaitu destruksi. Sampel dimasukkan ke dalam masing-masing labu Kjedahl dan
ditambahkan K2SO4 dan CuSO4 yang berfungsi
sebagai katalisator yang mempercepat reaksi. Kemudian labu Kjehdal dibawa ke
lemari asam untuk ditambahkan H2SO4 pekat 20 ml yang
bertujuan untuk mendestruksi protein menjadi unsur-unsurnya. Penambahan
dilakukan di lemari asam untuk menghindari unsur S di dalam protein terurai
menjadi SO2 yang sangat berbahaya. Selain itu, juga ditambahkan batu
didih yang berguna untuk mencegah letupan yang dihasilkan saat pemanasan.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam alat destruksi dan dipanaskan pada suhu 600°C selama 90 menit sampai cairan jernih. Kemudian
didinginkan di lemari asam dan ditambahkan akuades 25 ml di luar lemari asam.
Akan terjadi reaksi yang menghasilkan panas pada labu Kjedahl. Oleh karena itu,
ditunggu sampai dingin.
Tahapan kedua
yaitu destilasi. Disiapkan larutan asam borat 50 ml dan 4 tetes indikator
Kjedahl ke dalam masing-masing 4 buah erlenmeyer. Kemudian pasang erlenmeyer
pada tempat hasil destilasi, pastikan ujung selang tercelup dalam larutan asam
borat dan sampel dipasang pada tempat destilasi. Kemudian ditambahkan reagen
NaOH 30% sampai berubah warna coklat. Penambahan NaOH berfungsi untuk
memberikan suasana basa, karena protein tidak dapat optimal pada suasana asam.
Kemudian diatur waktunya selama 3 menit. Lakukan hal tersebut pada ketiga
sampel dan blanko. Kemudian hasil destilasi (destilat) pada erlenmeyer didinginkan
dan ditutup menggunakan aluminum foil.
Tahapan ketiga
yaitu titrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sebagai titran. Titrasi blanko dan
sampel dengan HCl perlahan-lahan sampai warna berubah menjadi merah muda.
Kemudian dihitung perubahan volume HCl yang digunakan untuk titrasi dan hitung
persentase kadar N dan kadar protein sampel dengan menggunakan rumus.
2. Metode
Biuret
Pada analisa
protein dengan menggunakan metode
biuret, pertama adalah persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu
sampel padat dan cair yang diuji adalah susu segar, bubuk kedelai dan daging
ayam. Untuk sampel padat dihancurkan terlebih dahulu dengan menggunakan mortar
untuk memperkecil ukuran. Kemudian sampel daging dan bubuk kedelai ditimbang 3
gram dengan menggunakan timbangan analitik, sedangkan susu segar diambil
sebanyak 0,4 ml dengan menggunaka pipet volum. Lalu sampel ditambahkan akuades
sebanyak 10 ml untuk daging ayam, 15 ml untuk bubuk kedelai, dan 0,6 ml untuk
susu segar. Akuades sebagai pelarut polar berfungsi untuk melarutkan protein
yang larut dalam air. Kemudian sampel dicampur dan disaring dengan menggunakan
kertas saring whatman dimasukkan tabung reaksi. Kemudian sampel dipindahkan ke
dalam tabung tube dengan ukuran yang sama untuk semua sampel. Dilanjutkan
sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk memisahkan
supernatan dan endapan pellet. Setelah itu, untuk sampel daging dan bubuk kedelai
didapatkan supernatan, sedangkan sampel susu cair didapatkan endapan lalu ditambahkan 2 ml etil eter yang
berfungsi untuk melarutkan lemak dalam susu dan dilakukan sentrifugasi kembali
dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk didapatkan endapan kering
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian untuk sampel daging dan bubuk
kedelai diambil 1 ml supernatan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu semua
sampel ditambahkan akuades, 4 ml untuk sampel susu segar sedangkan 3 ml untuk
sampel daging dan bubuk kedelai. Kemudian ketiga sampel ditambahkan 6 ml biuret
sebagai indikator dan ditunggu selama 30 menit atau inkubasi yang berfungsi
untuk memberikan waktu pada reagen biuret untuk bereaksi dengan protein sampel.
Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 520 nm dengan
spektrofotometer.
Di sisi lain
juga dibuat larutan standar. Pertama, kasein ditimbang sebanyak 20 mg lalu
ditambahkan akuades sebanyak 5 ml, kemudian dicampur sampai benar-benar larut.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi, masing-masing berisi 0 ml, 0,1
ml, 0,2 ml, 0,4 ml, 0,8 ml, dan 1 ml. Lalu ditambahkan akuades sampai larutan
tersebut menjadi sebanyak 4 ml. Kemudian ditambahkan reagen biuret sebagai
indikator sebanyak 6 ml dan ditunggu selama 30 menit untuk memberikan waktu
pada reagen biuret untuk bereaksi dengan protein (kasein). Kemudian diukur
absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 520 nm dan
hasilnya di plotting untuk didapatkan kurva dan persamaan regresi linear dari
standarnya.
3. Metode
Titrasi Formol
Pertama sampel
padat yaitu daging ayam dihancurkan dengan mortar untuk memperkecil ukuran dan
sampel cair serta bubuk kedelai ditimbang sebanyak 3 gr dengan menggunakan
timbangan analitik. Kemudian maisng-masing sampel dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml dan ditambahkan akuades sampai tanda batas. Lalu digojok atau di
homogenisasi beberapa kali. Selanjutnya diambil 10 ml dipindahkan ke
erlenmeyer. Di sisi lain juga dibuat larutan blanko yaitu akuades sebagai
standar sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer. Kemudian masing-masing erlenmeyer
ditambahkan akuades sebanyak 20 ml, 1 ml indikator PP dan 0,4 ml kalsium
oksalat. Kemudian masing-masing erlenmeyer ditiotrasi oleh NaOH, pastikan
titrasi pertama yaitu larutan standar, sehingga perubahan warna yang dihasilkan
menyeseuaikan larutan standar
PEMBAHASAN
1.
Prinsip
Ada beberapa metode dalam analisa
protein, diantaranya metode Kjedahl, metode biuret, dan metode titrasi formol.
Prinsip dari metode Kjedahl adlah mengukur kadar protein secara tidak langsung
dengan cara mengukur kadar N dari sampel melalui 3 tahap yaitu destruksi,
destilasi, dan titrasi. Sementara itu, untuk metode biuret prinsipnya adalah
menentukan kadar protein yang didasarkan pada pengukuran serapan cahaya
berwarna ungu dari protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret. Dimana yang
membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat
dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Sedangkan prinsip titrasi formol
adalah larutan filtrat yang mengandung protein dinetralkan dengan basa NaOH.
Kemudian ditambahkan formalin yang akan bereaksi dengan gugus amin dari protein
membentuk dimethilol yang akan mengikat gugus amin, sehingga tidak akan
memengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga titik akhir titrasi dapat
diakhiri dengan tepat. Gugus karboksil berikatan dengan NaOH sampai titik akhir
titrasi gugus karboksil dari asam amino akan ditetesi dengan NaOH sampai titik
akhir titrasi membentuk warna merah muda permanen dengan indikator PP atau
fenoltalein.
1.
Reaksi
- Tahapan Destruksi: Proses pengubahan protein menjadi amonium sulfat. Fungsi asam sulfat pekat yaitu mendestruksi protein menjadi unsur-unsurnya menghasilkan CO2, H2O, SO2 sebagai hasil reduksi.
- Tahapan Destilasi: Memisahkan cairan/ larutan berdasarkan perbedaan titik didih. Pada tahap ini amonium sulfat dipecah menjadi amonia. Hasil destilasi (destilat) ditangkap oleh asam borat yang terdapat dalam erlenmeyer dan membentuk senyawa (NH4)3BO3(Achmad, 2011)
- Tahapan Titrasi: Banyaknya asam borat yang bereaksi dengan amonia dapat diketahui dengan volume HCl yang dibutuhkan destilat.
Berikut ini reaksi
yang terjadi pada analisa protein metode Biuret:
Pada metode biuret terjadi reaksi antara protein dengan ion Cu2+ membentuk kompleks berwarna ungu dalam pereaksi reagen biuret dengan pengukuran daya serapan cahaya berwarna ungu menggunakan alat spektrofotometer.
Pada metode
analisa protein dengan metode titrasi formol yaitu larutan filtrat yang
mengandung protein dinetralkan dengan menggunakan larutan basa NaOH. Kemudian
ditambahkan dengan formalin membentuk dimethilol. Dimethilol tersebut akan
mengikat gugus amin pada protein sehingga tidak dapat memengaruhi reaksi asam
karboksil dengan basa NaOH serta dapat diketahui titik akhir titrasi dengan
tepat sampai berwarna merah muda permanen dengan indikator Fenolftalein atau
PP.
1.
Perbandingan
data dengan literatur
Berdasarkan
data hasil pengamatan pada analisis protein dengan metode Kjedahl didapatkan
hasil kadar protein sampel susu segar sebesar 0,8587%, bubuk kedelai 35,31%,
dan daging ayam sebesar 15,51%. Sementara itu, metode biuret didapatkan hasil
pada sampel susu segar sebesar 13,406%, bubuk kedelai 1,989%, dan daging ayam
0,1803%. Sedangkan, pada metode titrasi formol didapatkan hasil kadar protein
pada susu segar sebesar 0,0574%, bubuk kedelai 0,11803%, dan daging ayam
sebesar 0,12555%. Berdasarkan Legowo (2005) didapatkan nilai kadar protein dari
susu ssapi 3,2%, bubuk kedelai sebesar 34,9%, dan daging ayam sebesar 18,2%.
Dapat disimpulkan bahwa kadar protein yang hampir mendekati kisaran berdasarkan
literatur pada sampel susu segar yaitu dengan metode biuret, karena metode ini
cocok untuk protein yang terlarut dalam air. Selain itu, pada metode tersebut,
susu segar memiliki kemampuan yang besar dalam menyerap cahaya, sehingga nilai
absorbansi yang tertera pada alat spektrofotometer juga besar. Sementara itu,
bubuk kedelai yang memiliki nilai kadar protein yang mirip dengan literatur
yaitu kadar protein bubuk kedelai dengan metode Kjedahl yaitu dengan nilai
35,31%. Sedangkan untuk nilai kadar protein daging ayam yang sesuai dengan
literatur yaitu dengan metode Kjedahl dengan nilai 15,51%. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa susu segar cocok dianalisis kadar proteinnya dengan
menggunakan metode Biuret, bubuk kedelai cocok dianalisis kadar proteinnya
dengan metode Kjedahl, dan daging ayam cocok menggunakan metode Kjedahl yang
dapat mengukur kadar protein secara kasar sehingga semua yang mengandung N
dapat terukur sebagai protein.
2.
Faktor-faktor
yang memengaruhi data hasil pengamatan
Ada
beberapa faktor yang memengaruhi data hasil pengamatan analisa protein dengan
beberapa metode yaitu metode Kjedahl, metode biuret, dan metode titrasi formol.
- Karakteristik
Sampel
- Jenis Sampel
- Ukuran Sampel
- Banyak
sedikitnya kadar protein dalam sampel
- Jenis atau
metode analisis yang digunakan
- Reagen yang
digunakan
- Suhu atau
perlakuan panas
- Jenis protein
yang terkandung dalam sampel
- Tidak adanya
inhibitor.
(Selvy,
2011)
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum analisa kadar protein dengan menggunakan 3 metode, yaitu metode
Kjedahl, biuret, dan titrasi formol maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Prinsip reaksi
Prinsip
dari metode Kjedahl adalah mengukur kadar protein secara tidak langsung dengan
cara mengukur kadar N dari sampel melalui 3 tahap yaitu destruksi, destilasi,
dan titrasi. Prinsip metode biuret adalah menentukan kadar protein yang
didasarkan pada pengukuran serapan cahaya berwarna ungu dari protein yang
bereaksi dengan pereaksi biuret. Dimana yang membentuk kompleks adalah protein
dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana
basa. Sedangkan prinsip metode titrasi formol adlah larutan filtrat yang
mengandung protein dinetralkan dengan basa NaOH, kemudian ditambah formalin
yang akan bereaksi dengan gugus amin dari protein membentuk dimethilol.
Dimethilol akan mengikat gugus amin, sehingga tidak memengaruhi reaksi antara
asam karboksil dan basa NaOH sehingga titik akhir titrasi dapat diakhiri dengan
tepat membentuk warna merah muda permanen dengan indikator PP.
- Kecocokan
metode untuk sampel yang digunakan
Untuk
sampel susu segar cocok menggunakan analisa kadar protein dengan metode biuret,
karena merupakan protein yang larut dalam air dan memiliki daya serap cahaya
yang sangat tinggi sehingga menghasilkan nilai absorbansi yang tinggi juga.
Sedangkan pada sampel bubuk kedelai dan daging ayam cocok menggunakan metode
Kjedahl, karena nilai kadar proteinnya mendekati kadar protein yang ada pada
literatur.
Daftar Pustaka
Achmad, Nurdin. 2011. Reaksi Analisa protein. Jakarta: UI Press
Budimawaranti. 2011. Komposisi dan Nutrisi pada Susu Kedelai. Yogyakarta: FMIPA UNY
Handayani, hanik. 2011. Laporan Praktikum
Analisa Protein. http://www.hanablo.blogspot.com
diakses tanggal 29 Maret 2014 pukul 16.35
Herawati, Rina. 2011. Analisis Makanan. Yogyakarta: UNY
Legowo, A. Analisis Pangan. 2005. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Selvy, Fransisca. 2011. Laporan Praktikum. www.scribd.com
diakses pada tanggal 29Maret 2014 pukul 16.45 WIB
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
1 komentar:
Terima kasih, sangat bermanfaat
Posting Komentar