EKSTRAKSI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS AMILASE
Pre Lab
1.
Mengapa enzim amilase bisa didapatkan pada
kecambah biji-bijian?
Karena pada kecambah biji-bijian terdapat atau
memiliki enzim amilase (enzim ini akan aktif setelah terjadi proses imbibisi
atau penyerapan air). Enzim ini dibutuhkan untuk menghidrolisis pati menjadi
maltosa, kemudian maltosa dihidrolisis oleh enzim maltase menjadi glukosa.
Proses katabolisme ini ditujukan untuk pertumbuhan kecambah (Suarni, 2007).
|
2.
Jelaskan prinsip pengukuran aktivitas enzim
amilase secara kuantitatif pada percobaan ini?
Prinsipnya adalah enzim amilase dari kecambah
biji-bijian, dimana aktivitas enzim ini ditunjukkan dari perubahan warna
menjadi bening akibat proses hidrolisis pati oleh enzim tersebut (Bergmeyer, 2010).
|
3. Bagaimana
cara mengidentifikasi secara kualitatif bahwa telah terjadi reaksi enzimatis
pada percobaan ini?
Caranya adalah dengan terjadinya perubahan warna
dari biru menjadi bening. Memudarnya warna biru menjadi bening tersebut dapat
mengindikasikan bahwa warna biru pada pati (setelah ditambahkan iodin) akan
terhidrolisis oleh enzim amilase menjadi bening (Muljoharjo, 2008).
|
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, ada beberapa tahapan atau
prosedur dalam mengekstraksi dan menguji aktivitas enzim amilase. Tahapan
pertama yaitu persiapan sampel, ada 50
gr biji kacang hijau. Lalu ditimbang masing-masing 10 gr untuk mendapatkan
perlakuan 10 gr biji kering (tanpa perlakuan), 10 gr direndam selama 12 jam, 10
gr dikecambahkan selama 12 jam, 10 gr dikecambahkan 24 jam dan 10 gr
dikecambahkan selama 48 jam.
Tahapan selanjutnya yaitu ekstraksi enzim amilase. Dari 10 gr sampel
tersebut, dihancurkan dengan menggunakan alat mortar untuk mengeluarkan enzim
amilase yang merupakan endoselluler. Kemudian ditimbang sebanyak 5 gr dengan
timbangan analitik lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan
larutan buffer asetat (0,1-0,5 M) pH 5,5 untuk menstabilkan pH agar netral
karena enzim tidak dapat bertahan pada pH yang terlalu tinggi ataupun terlalu
rendah. Lalu didiamkan selama 30 menit dan sesekali diaduk. Hal tersebut
bertujuan untuk mengoptimalkan pada saat ekstraksi enzim. Kemudian disaring
dengan kertas saring whatman untuk memisahkan ampas dengan filtrat. Kemudian
diambil 15 ml filtrat ditambahkan 15 ml larutan buffer asetat dan dimasukkan
kedalam tabung bertutup. Selain itu, larutan blanko yang terdiri dari
pencampuran 50 ml akuades dan 50 ml buffer asetat dimasukkan ke dalam tabung
bertutup sebanyak 15 ml dan ikut disentrifugasi. Sentrifugasi dilakukan pada
kecepatann 1500 rpm selama 30 menit. Sehingga hasil akhirnya berupa supernatan
yang berada di atas permukaan dan terdapat endapan yang disebut pellet.
Langkah selanjutnya yaitu pembuatan substrat pati. Diambil 1 ml larutan
soluble starch dengan menggunakan pipet volum dan dimasukkan ke dalam gelas
beker. Kemudian ditambahkan air sebanyak 100 ml, lalu diaduk dan dipanaskan
diatas kompor listrik sampai jernih dan homogen, sehingga didapatkan hasil
yaitu substrat pati yang siap untuk digunakan analisis aktivitas enzim amilase.
Kemudian dilakukan pengukuran aktivitas enzim hasil ekstraksi. Diambil 1 ml
enzim hasil ekstraksi dan ditambahkan 1 ml larutan substrat pati yang
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Di sisi lain juga diambil 1 ml larutan
blanko dan 1 ml larutan pati yang di masukkan ke dalam tabung reaksi. Kedua
tabung reaksi tersebut diinkubasi pada shaker waterbath selama 3 menit dengan
suhu optimum 30°C. Hal tersebut dilakukan untuk menghomogenkan dan mempercepat
reaksi enzimatis antara substrat pati oleh enzim amilase diubah menjadi
maltosa. Setelah diinkubasi, ditambahkan reagen DNS (3,5 dinitro salicilic
acid) sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet volum. Lalu dipanaskan pada air
mendidih. Hal ini bertujuan untuk mempercepat reaksi antara reagen DNS dengan
maltosa sebagai gula perduksi yang akan mereduksi DNS sehingga terjadi
perubahan warna kuning menjadi merah jingga. Lalu didinginkan cepat dengan
dialirkan pada air kran. Hal ini berfungsi untuk mempercepat proses pendinginan
sebelum pembacaan absorbansi oleh spektrofotometer. Kemudian sampel dan blanko
tersebut masing-masing dituangkan ke dalam gelas beker lalu ditambahkan 20 ml
akuades. Kemudian diaduk dan dimasukkan sampel ke dalam masing-masing kuvet
untuk pembacaan absorbansi oleh spektrofotometer dengan panjang gelombang 550
nm. Kemudian dibuat kurva standar dan kurva sampel dengan plotting regresi
linear. Sehingga dengan menggunakan rumus aktivitas enzim α-amilase = C x 1/T x
1 unit/1 mikromol didapatkan hasil pengukuran aktivitas enzim tiap-tiap sampel.
Berdasarkan data hasil pengamatan terdapat 2 kurva yaitu kurva standar dan
kurva sampel. Kurva standar didapatkan dari plotting hubungan antara
konsentrasi standar maltosa dalam satuan ppm yaitu 0, 100, 200, 300, 400, 500,
dan 600 dengan nilai absorbansi berurut-urut 0,13, 0,166, 0,205, 0,216, 0,243,
0,243, 0,243, dan 0,256. Dari hasil plotting tersebut didapatkan persamaan
regresi linear yaitu y=0,0204x+0,127. Mengacu pada persamaan tersebut
didapatkan nilai x atau C (konsentrasi maltosa ekstrak enzim dalam ppm) dengan
memasukkan nilai y sebagai absorbansi tiap sampel yaitu 0,154, 0,068, 0,093,
0,134, dan 0,149. Sedangkan kurva sampel didapatkan dari hubungan antara x
(konsentrasi sampel) dan y (absorbansi sampel), sehingga menghasilkan persamaan
regresi linear y=0,02x+0,126. Apabila dibandingkan antara kurva sampel dengan
kurva standar, dilihat dari persamaan regresi linear yang didapatkan tidak
berbeda nyata. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data hasil pengamatan
sampel sudah sesuai dengan standar baku yang telah ditetapkan.
Sementara itu, reagen yang digunakan pada percobaan ini, salah satunya
adalah reagen DNS (3,5 dinitro salicilic acid) yang berfungsi sebagai
pendeteksi adanya gula pereduksi pada sampel (disakarida: maltosa yang
merupakan hasil hidrolisis pati oleh enzim amilase). Oleh karena itu, reagen
DNS sangat penting peranannya dalam menentukan aktivitas enzim amilase. Reagen
DNS sebagai oksidator akan tereduksi oleh gula pereduksi yaitu maltosa menjadi
asam-3-amino-5-dinitro salisilat dan terjadi perubahan warna kuning menjadi
merah jingga. Oleh karena itu semakin pekat warna yang dihasilkan maka semakin
banyak gula pereduksi yang terkandung. Gula pereduksi ini dihasilkan dari
proses hidrolisis oleh enzim amilase. Oleh karena itu, semakin besar aktivitas
enzim amilase maka semakin banyak reagen DNS yang tereduksi oleh gula pereduksi
dan perubahan warna menjadi merah jingga semakin pekat.
Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan aktivitas
enzim amilase pada biji kering sebesar 0,4412 unit/mikromol , biji yang
direndam selama 12 jam sebesar -0,9641 unit/mikromol, biji yang dikecambahkan
selama 12 jam sebesar -0,5556 unit//mikromol, biji yang dikecambahkan selama 24
jam sebesar 0,1144 unit/mikromol, dan biji yang dikecambahkan selama 48 jam
sebesar 0,3595 unit/mikromol. Sehingga apabila diurutkan dari yang terkecil
sampai yang terbesar aktivitas enzim amilase-nya yaitu biji direndam 12 jam <
biji dikecambah 12 jam < biji dikecambah 24 jam < biji yang dikecambah 48
jam < biji kering.
Pada uji aktivitas enzim amilase untuk biji kacang hijau kering memiliki
nilai aktivitas enzim yang lebih besar dibanding biji kacang hijau yang
mengalami proses penyerapan air (imbibisi). Padahal menurut Suarni (2007) pada
ekstrak biji kacang hijau kering masih dalam masa dorman atau masa istirahat
sehingga enzim amilase belum aktif. Selain itu proses penyerapan air pada
perkecambahan biji mempunyai aktivitas utama untuk mengaktifkan makromolekul
dan organel sel dalam biji. Selama proses perkecambahan sebagian besar enzim
dalam biji menjadi aktif diantaranya enzim α-amilase. Terdapat ketidakcocokan
data hasil pengamatan dengan literatur yang ada, menurut tim penyusun buku
petunjuk praktikum biokimia dan enzimologi (2006) disebabkan karena saat
penghancuran biji, enzim dalam biji kering yang didapatkan lebih besar daripada
biji yang direndam, sehingga ketika diberi akuades enzimnya aktif atau
keberadaan kofaktor atau koenzim yang membantu kerja enzim. Selain itu, konsentrasi
enzim tiap perlakuan berbeda tegantung
dari proses ekstraksi enzim.
Sementara itu pada uji aktivitas enzim amilase beberapa sampel bernilai
negatif, yaitu niji direndam 12 jam dan biji dikecambahkan 12 jam. Nilai
negatif tersebut menandakan adanya penurunan aktivitas enzim amilase yang
dihasilkan. Ada beberapa hal yang menyebabkan penurunan aktivitas enzim,
diantaranya karena adanya proses awal
perkecambahan diperlukan energi
yang cukup besar, untuk itu diperlukan enzim amilase yang banyak untuk merombak
karbohidrat. Setelah waktu tertentu, fase perkecambahan akan dialihkan menjadi
fase pertumbuhan, sehingga pembentukan enzim amilase menjadi menurun (Bahri,
2012). Selain itu, dimungkinkan kondisinya tidak sesuai (terlalu asam atau
basa) sehingga interaksi antara enzim dan substrat menjadi kurang maksimal.
Pada suasana yang terlalu asam atau basa, konformasinya berubah sehingga
aktivitas enzim terganggu (Mappiratu, 2009).
Pada pengujian aktivitas enzim amilase ini, ada beberapa faktor yang memengaruhi,
yaitu sebagai berikut:
1.
Suhu:
karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan
denaturasi dan bagian aktif enzim terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan
enzim menurun
2. pH:
umumnya efektivitas maksimal enzim pada pH 4,5-8. Pada pH terlau tinggi atau
rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversible karena denaturasi
protein.
3. Konsentrasi
enzim: pda konsentrasi substrat tertentu kecepatan reaksi bertambah dengan
bertambahnya konsentrasi enzim
4. Konsentrasi
subtrat: umumnya konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi, akan
tetapi pada batas tertentu tidak terjadi peningkatan kecepatan reaksi walau
konsentrasi substrat diperbesar.
Adanya zat penghambat: hambatan/ inhibitor suatu reaksi
berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami
hambatan.
Kesimpulan
Ada
beberapa poin kesimpulan dari percobaan ekstraksi dan uji aktivitas enzim
amilase diantaranya adalah
- Prinsip percobaan ini adalah menguji
aktivitas enzim amilase dari kecambah biji-bijian dimana aktivitas enzim
amilase ditunjukkan dan diukur dari banyaknya maltosa yang terbentuk
setelah substrat pati diinkubasi dengan enzim amilase.
- Tujuan dari percobaan ini adalah mengisolasi
enzim amilase dari kecambah kacang hijau dan untuk menguji aktivitas enzim
yang telah diekstrak.
- Berdasarkan data hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa aktivitas enzim amilase dari yang terkecil ke terbesar
adalah biji direndam 12
jam < biji dikecambah 12 jam < biji dikecambah 24 jam < biji yang
dikecambah 48 jam < biji kering. Hal ini tidak sesuai dengan literatur,
karena terdapat kesalahan penghancuran biji yang kurang halus, sehingga enzim dalam biji kacang
hijau tidak terekstraksi keseluruhan.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi dalam percobaan
ekstraksi dan uji aktivitas enzim amilase, yaitu suhu, pH, konsentrasi enzim,
konsentrasi substrat dan adanya inhibitor.
Daftar Pustaka
Bahri, Syaiful. 2012. Karakterisasi
Enzim Amilase dar Kecambah Biji Jagung Ketan. Palu: FMIPA Universitas
Tadulako.
Mappiratu dan Nurhaeni. 2009. Penuntun
Praktikum Enzim Pangan. Palu: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Tadulako.
Muljoharjo, Muchji. 2008. Analisis Pati dan Produk Pati. Yogyakarta: Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM.
Suarni. 2007. Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber
Enzim alfa-amilase. Makasar: FMIPA Universitas Hasanudin.
Tim penyusun, dkk. 2006. Buku
petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi. Malang: FTP Universitas
Brawijaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar